post image

Windows, Linux, Proprietary, Open Source

May 18, 2011 Muhammad Panji

Gw kenal Linux pertama kali sekitar tahun 2001. waktu itu dari edisi perdana majalah InfoLinux. Coba install mandriva Mandrake Linux dikomputer rumah. lupa versi berapa entah 6.2 atau 7.2 ya waktu itu. Jaman itu masih semangat-semangatnya dengan yang namanya open source. Semakin lama gw melihat teknologi apapun itu both open source maupun proprietary “hanya” sebagai bagian dari solusi dan bukan hal yang mendasar yang harus diperjuangkan mati-matian. Kadang ketika monitoring milis jadi inget masa lalu kalau lihat banyak yang baru kenal Linux dan Open Source yang sangat semangat sekali, termasuk menjelek-jelekkan Windows dkk 🙂

Enaknya Linux dan Open Source banyak pilihan dan juga dokumentasi yang ada meskipun disisi lain memang harus memasangkan tool satu dengan lainnya dan alat satu dengan lainnya. Beberapa aplikasi bisa dipelajari dan diimplementasikan dengan mudah sementara beberapa aplikasi lain, LDAP misalnya, membutuhkan usaha yang lebih mendalam supaya bisa paham dan bisa melakukan implementasi. Namun, bukan berarti di dunia windows yang kata orang cukup klik dan klik lebih mudah, mungkin karena terbiasa dengan command line dan edit konfigurasi, windows yang harus klik dan klik terasa lebih ribet atau kembali lagi ini soal mindset yang sudah tertanam mengenai apa yang susah dan apa yang gampang 🙂

Satu-satunya alasan open source lebih baik di dunia bisnis mungkin hanya kemungkinan vendor lock yang lebih kecil. kalau di dunia proprietary memilih teknologi dan aplikasi seolah-oleh sudah pilihan seumur hidup, vendor akan berusaha untuk mengunci kita supaya tidak pindah ke vendor lain, tapi bukan berarti dengan open source kita bisa pindah seenaknya dari satu vendor ke vendor lain, biaya development, testing (Q/A) dan deployement termasuk training tidak sedikit meskipun mungkin dalam jangka panjang aplikasi baru yang digunakan itu lebih murah.

Murah dan mahal ketika sudah dalam sudut pandang bisnis bukan hanya soal harga, orang bilang Total Cost of Ownership (TCO) alias total biaya kepemilikan. Bukan hanya harga lisensi softwarenya tetapi biaya total untuk mengakuisisi / menggunakan software tersebut sampai organisasi kita bisa lancar menggunakannya dan biaya maintenance tentunya.

Jadi pada akhirnya bukan soal cuma soal buka atau tutup tapi soal memilih teknologi yang paling pas untuk organisasi kita dengan biaya sesuai budget dengan mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang. Bagaimana menurut anda?

Similer Post

post image
Masih Banyak Orang Baik di Jakarta

Dua hari lalu seperti biasa pulang kerja nge-grab dulu ke semanggi untuk nunggu bis. Karena udah lewat setengah 8 bis dari Gajah Mada udah habis jadi nunggu bis dari arah blok M. Supaya kebagian duduk jalan ke belokan semanggi arah blok M. Ada motor dari arah grogol yang berhenti di deket tempat gw nunggu bis, ini sebenernya hal biasa kadang ada driver ojek online yang berhenti disitu untuk kontak pelanggannya, kadang ada yang bingung gimana cara muter kalau mau ke arah blok M naik motor dan banyak hal lain. Gak berapa lama ada orang lain yang nuntun motornya dan di tanya sama mas yang udah berhenti duluan tadi.

post image
Selected Papers in Network and System Administration

Yesterday morning I found Selected Papers in Network and System Administration, you can also Look Inside the book in Amazon. I found some interesting titles from the Table of Contents and a user comment that some papers is available online, so google the titles and found most of them. I put links of the papers below. Some papers is not available online (or at least I haven’t found them yet :D). Hopefully this will be useful for fellow systems and network administrator. A Case Study of Network Management (M.K. Fenton). Balancing Security and Convenience (V. Jones and D. Schrodel). Creating an Environment for Novice Users (J.

post image
The Curious Case of TV-IP310PI

Meskipun judulnya bahasa inggris tapi saya mau cerita menggunakan Bahasa Indonesia. Sebenarnya ceritanya panjang tapi singkat cerita kamis lalu IP Camera TRENDnet TV-IP310PO itu pun datang. Kami pun mulai melakukan testing device yang baru datang ini, sebenernya bukan kami tapi lebih tepatnya Rusman melakukan 98% testing, saya membantu yang 2% 🙂 Menurut manual yang bisa diunduh dihalaman Support device ini akan mendapatkan IP dari DHCP Server apabila ada. Apabila tidak ada DHCP server di network, maka IP address IP camera ini akan diset ke 192.168.10.30. Karena dikantor ada DHCP Server mulailah lihat dari server dhcp IP device ini, setelah dilihat dengan seksama ternyata tidak ada.